IPARI KOTA BENGKULU – Beberapa hari terakhir ini, kita menyaksikan banyak aksi protes dan demonstrasi. Di satu sisi, menyuarakan aspirasi adalah bagian dari hak dalam negara demokrasi.
Tetapi ketika aspirasi berubah menjadi anarkisme, kerusakan fasilitas umum, dan saling caci-maki, maka itu bertentangan dengan ajaran Islam.
Allah SWT mengingatkan, dalam surah Al-Baqarah ayat 205, Allah berfirman :
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
“Dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS. Al-Baqarah: 205).
Lalu, Rasulullah SAW pun bersabda:
“Seorang Muslim adalah yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Maka, umat Islam tidak boleh menjadi pelaku perusakan, tidak boleh memprovokasi, apalagi menyakiti sesama.
Di saat bangsa kita diuji dengan berbagai persoalan, apa peran kita sebagai umat yang memperingati Maulid Nabi?
Menjadi penyejuk, bukan pemanas suasana. Rasulullah SAW mengajarkan kelembutan, bukan kekerasan. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk.” (HR. Muslim).
Menyampaikan aspirasi dengan cara yang bermartabat. Jika ada perbedaan pendapat, sampaikan dengan musyawarah, bukan caci maki.
Mendoakan pemimpin dan negeri ini. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mendoakan kebaikan, bukan melaknat.
Aktif membangun, bukan merusak. Mari mulai dari diri sendiri: menjaga lingkungan, menjaga kedamaian di keluarga, RT, masjid, dan masyarakat.
Maulid Nabi adalah peringatan lahirnya sang pembawa cahaya, rahmatan lil ‘alamin. Kalau kita betul-betul mencintai beliau, maka kita wajib mencontoh sikap beliau:
1. Menebarkan salam dan kedamaian.
2. Menjadi rahmat bagi sesama
3. Tidak melawan keburukan dengan keburukan, tapi dengan kebaikan.
Allah SWT menegaskan misi Nabi:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Maka, umat Nabi Muhammad seharusnya menjadi rahmat, bukan sumber laknat.
Untuk itu, mari jadikan peringatan Maulid Nabi ini sebagai tekad bersama:
1. Kita jaga lisan, agar tidak menyakiti.
2. Kita jaga tangan, agar tidak merusak.
3. Kita jaga hati, agar tetap penuh doa dan kasih sayang.
Semoga kita mampu menghadirkan akhlak Rasulullah SAW, di tengah kondisi bangsa yang penuh ujian. Dengan begitu, keberkahan hidup akan Allah limpahkan kepada kita semua.
(Heri Putra Effendi, S.Sos.I – Penyuluh Agama Islam KUA Ratu Samban)